Banjir dan Kebakaran seakan menjadi menu utama setiap tahunnya di Riau, seperti penyakit bawaan yang terus menjangkit setiap musimnya. Kebijakan terhadap exploitasi hutan yang besar-besaran telah mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan bagi masyarakat Riau khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Konversi hutan dan penguasaan lahan oleh industry menjadi salah satu penyebab meningkatnya kemiskinan di Riau khususnya masyarakat tempatan. Tahun 2004 tingkat kemiskinan di Riau mencapai 40,2%, salah satu penyebabnya adalah hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat yang bergantung terhadap hutan.
Hilangnya tutupan hutan alam Riau setiap tahunnya telah mencapai tingkat yang bukan hanya mengkhwatirkan tapi sudah menakutkan, dengan 160.000-200.000 hektar pertahun, bukan jumlah yang kecil untuk satu habitat kehidupan. Ancaman terhadap ekosistem semakin besar, ditambah lagi dengan tingginya tingkat pelepasan karbon karena pembukaan lahan dan berkurangnya tingkat daya serap karbon atmosfer karena semakin hilangnya tutupan hutan menjadi salah satu cerita menakutkan lagi.
Di lain pihak, tidak sedikit konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan berkaitan dengan pengusaan lahan. Lemahnya posisi tawar masyaraka menjadikan mereka pihak yang paling dirugikan, tersisihkan dari istilah pembangunan guna kesejahteraan hidup.
Benarkah pengorbanan yang dibutuhkan untuk mencapai satu kesuksesan bersama? atau hanya simbol sebagai pembenaran dari tindakan yang menyengsarakan kebersamaan hidup? Jika kesuksesan hanya ditandai dengan meningkatnya kesengsaraan orang banyak, maka sukses harusnya menjadi satu hal yang dihindari dari perkembangan suatu kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar